ASKEP OSTEOMIELITIS

Jumat, 24 Desember 2010

Pada bab ini penulis akan menguraikan tantang pengertian, patofisiologi, penatalaksanaan, serta pengkajian, doagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

A. Pengertian
Osteomielitis adalah infeksi tulang dan sumsum yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan proses spesifik seperti mycobacterium tuberculosa dan jamur.
(Kopita Selekta Kedokteran, 2000)
Osteomielitis adalah infeksi tulang dan nedula tulang baik karena infeksi eksogen (infeksi dari bawah dan masuk dari samping badan) atau secara hematogen (infeksi berasal dari dalam tubuh).
(Ilmu Bedah Ortopedi, 1998)
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang disebabkan oleh bakteri, jamur atau virus yang penyebarannya hematogen (melalui darah) atau melalui infeksi jaringan lunak maupun melalui kontaminasi langsung ke luka.
(Brunner and Suddarth, 2002)
Dari pendapat beberapa buku/ahli maka dapat penulis simpulkan bahwa osteomielitis adalah infeksi akut pada tulang yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur patogen baik eksogen maupun hematogen.

B. Patofisiologi
Pada dasarnya penyebab dari osteomielitis adalah staphylo coccus aureas merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang organisme patologik lainnya yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi proteas, pseudomonas, dan escerichia coli.
Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari informasi, peningkatan vaskularisasi dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosit pada pembuluh darah terjadi pada tempet tersebut menyebabkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kemudian akan terbentuk ke abses tulang. Pada perjalanan

alamiahnya, abses dapat keluar spontan, namun lebih sering harus dilakukan insisi atau debridement. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada jaringan abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak, terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequetrum. Jadi meskipun nampak terjadi proses penyembuhan, namun sequetrm infeksius kronis yang tetap ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
C. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a. Perawatan di rumah sakit.
b. Pengobatan suportif dengan pemberian infus.
c. Pemeriksaan biakkan darah.
d. Antibiotik spektrum luas yang efektif terhadap gram positif maupun gram negatif diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakkan darah secara parental selama 3-6 minggu.
e. Imobilisasi anggota gerak yang terkena.
f. Tindakan pembedahan.
2. Tindakan keperawatan
a. Tirah baring selama fase akut dan keadaan lemah.
b. Beri penyangga di bawah ekstermitas yang sakit agar mengurangi rasa sakit dan dapat mengurangi pembengkakan.
c. Batasi aktifitas pada daerah yang sakit.
d. Perawatan luka dengan cara aseptik dan antiseptik.
e. Kesehatan umum dan nutrisi pasien harus dipantau dengan pemberian diet tinggi protein dan pemberian vitamin.

D. Pengkajian
Adapun data yang dikumpulkan dalam tahap pengkajian pada klien dengan osteomielitis adalah :
(Brunner and Suddarth, 1999)
- Pasien dikaji adanya faktor resiko (misalnya lansia diabetes, tetapi kortikosteroid jangka panjang) dan infeksi atau bedah orthopedi sebelumnya.
- Pasien selalu menghindar dari tekanan di daerah tersebut dan melakukan gerakan perlindungan.
- Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi.
- Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata dan nyeri tekan, cairan purulen dapat terlihat pasien akan memperlihatkan peningkatan suhu tubuh.

Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologik : pada awal hanya menunjukkan pembengkakan jaringan lunak. Pada sekitar 2 minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang, pengangkatan periosteum dan pembentukan tulang baru.
2. Pemeriksaan laboratorium : memperlihatkan peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap darah, kultus pus diperlukan untuk menentukan jenis kuman dan antibiotika yang sesuai.

E. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien osteomielitis menurut Brunner dan Suddarth (1999) adalah sebagai berikut :
1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
2. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan gerak karena traksi.
3. Resiko terhadap penyebaran infeksi yang berhubungan dengan pembentukan abses tulang.
4. kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan program pengobatan.
F. Perencanaan
Adapun perencanaan/intervensi dari diagnosa yang muncul pada pasien osteomielitas antara lain (Doenges E. Marylinn, 2002) :
a. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa nyeri berkurang.
Kriteria hasil : Menunjukkan tindakan santai, rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat. Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual.
Rencana tindakan
1. Kaji lokasi, intensitas, dan tipe nyeri dengan skala nyeri 0-10.
2. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi napas dalam.
3. Bantu klien mengatur posisi yang nyaman.
4. Beri penyangga di bawah ekstermitas yang sakit.
5. Tangani ekstermitas yang sakit dengan lembut.
6. Pemberian kompres dingin dan hangat.
7. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian analgetik.
b. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, alat imobilitas dan keterbatasan gerak karena traksi.
Tujuan : Mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin, mempertahankan posisi fungsional.
Kriteria hasil : Klien dapat melakukan aktivitas mandiri


Rencana tindakan
1. Kaji ulang tentang prognosis dan harapan klien untuk masa yang akan datang.
2. Berikan pengetahuan tentang metode mobilitas yang dihasilkan oleh cidera atau pengobatan dan persepsi klien terhadap imobilitas.
3. Dorongan penggunaan latihan isometic mulai dengan tungkai yang tidak sakit.
4. Berikan dan bantu dalam mobilitas menggunakan kursi roda.
5. Kolaborasi konsul ke ahli fisiotherapy.
c. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan cibses tulang.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : - Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu
- Bebas pus, eritema, dan demam.
Rencana tindakan
1. Kaji keadaan inflamasi dan luka.
2. Kaji tonus otot refleks daerah luka.
3. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik dan antiseptik.
4. Sarankan untuk tidak memegang luka.
5. Kolaborasi pemberian obat antibiotik.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet tinggi protein dan karbohidrat.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan program pengobatan.
Tujuan : Menyatakan pemahaman tentang kondisi prognosis dan pengobatan.
Kirteria hasil : Dapat melakukan dengan benar prosedur yang digunakan dan dapat menjelaskan atas tindakan.
Rencana tindakan
1. Kaji ulang tentang prognosis dan harapkan klien untuk masa yang akan datang.
2. Berikan pengetahuan tentang metode mobilitas dan ambulasi sesuai instruksi dengan terapi fisik bila didiskusikan.
3. Buat daftar aktivitas di mana pasien dapat melakukannya secara mandiri dan yang memerlukan bantuan.
4. Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan di bawah luka.

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 
Adsense Indonesia